Monday, January 24, 2011

Perusahaan Ini Membawa Misi Budaya


PUTRI KUSWISNU WARDANI,
PRESIDEN DIREKTUR PT MUSTIKA RATU TBK


Resmi sudah suksesi kepemimpinan di PT Mustika Ratu Tbk pada 12 Januari lalu. Pendiri perusahaan kosmetik itu, BRA Mooryati Soedibyo, 83 tahun, menunjuk anak keduanya, Putri Kuswisnu Wardani, 51 tahun, untuk menggantikannya sebagai presiden direktur sejak perusahaan itu didirikan pada 1975. Penunjukan itu sebenarnya tak mengejutkan. "Prosesi kemarin itu formalitas saja. Selama tujuh tahun terakhir, proses suksesi sudah berjalan," kata Putri.

Sehari-hari, Putri-lah yang bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan keluarga ini. Ia bahkan sudah terjun di perusahaan ibunya itu sejak lulus kuliah dari Strayer College (kini Strayer University), Amerika Serikat, pada 1985. Posisinya dimulai sebagai management trainee di departemen promosi. Sempat diragukan kemampuannya oleh para senior di perusahaan itu, kini perempuan dengan gaya berbicara tertata dan terkesan hati-hati ini punya kekuatan untuk mewujudkan semua gagasannya.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika ini mengungkapkan harapannya untuk menembus pasar Thailand setelah penerapan Harmonisasi ASEAN, yang dimulai tahun ini. Ia masih mengukur regulasi itu. "Jangan-jangan mereka cuma di mulut ternyata di sana juga sulit," katanya kepada Istiqomatul Hayati, Akbar Tri Kurniawan, dan fotografer Yosep Arkian dari Tempo di penthouse Graha Mustika Ratu, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Selasa lalu.

Bagaimana Anda memandang penunjukan sebagai presiden direktur ini?

    Terus terang ya, prosesi kemarin itu formalitas saja. Pendiri, dalam hal ini ibu saya, menyerahkan tongkat estafet kepada saya. Ini tidak mengejutkan sebenarnya. Selama 7 tahun terakhir, proses suksesi itu sudah berjalan. Dimulai dari keputusan Ibu mengambil kuliah S-3, lalu mendaftarkan diri menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah DKI Jakarta, sampai akhirnya terpilih sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Jadi, secara operasional, perusahaan sudah banyak beralih kepada saya.

Berapa lama Anda dipersiapkan menjadi penerus Mooryati?


    Proses suksesi terjadi sekitar 25 tahun. Dari pertama saya lulus sekolah dan bergabung di Mustika Ratu, saya awali sebagai management trainee. Saya ditempatkan di departemen pemasaran dan keuangan. Pos manajerial pertama saya di bagian promosi. Terus naik ke atas. Pada 15 tahun pertama, saya masih lebih banyak dilepas berjalan. Hingga akhirnya ibu saya mantap dan memilih saya sebagai penerus beliau. Sejak saat itulah saya mulai dibina secara intensif.

Bagaimana dengan putra-putri Ibu yang lain?

    Saya ini anak kedua. Kakak saya laki-laki (Djoko Ramiadji) sempat enam bulan bergabung di Mustika Ratu, tapi enggak cocok dengan jiwanya. Dia kan insinyur sipil. Akhirnya dia merintis karier di luar Mustika Ratu. Adik perempuan langsung saya (Dewi Nurhandayani) sempat bergabung di sini, membantu saya selama beberapa tahun. Tetapi toh dia akhirnya menjadi ibu rumah tangga saja. Adik saya laki-laki (Haryo Tejo Baskoro) memilih membantu saya di pos komisaris saja. Dia bilang enggak mau terikat harus datang tiap hari. Lalu adik bungsu saya (Yuli Astuti) sekarang tinggal di Kanada bersama keluarganya. Dia mengurus dua outlet Taman Sari Royal Heritage Spa, milik Mustika Ratu. Ibu memberi kesempatan semua anaknya untuk masuk, mencoba dulu.

Anda memilih bertahan karena saudara yang lain memilih di luar?

    Kalau saudara lain tidak betah terus saya tidak betah juga bagaimana, dong? Saya tahu prinsipnya Ibu Moor dan saya tidak akan membuat Ibu stres. Karena konsepnya beliau ada kaderisasi dari dalam maupun luar. Itu yang membuat kita juga ringan, tidak beban. Kalau saya tidak senang, ya, saya pamitan. Tapi dalam perjalanannya semakin tertantang. Apalagi saya memahami filosofinya, semakin dalam kaki saya berpijak di sini. Perusahaan ini tidak sekadar cari untung, tapi membawa misi budaya local wisdom.

Sebagai perusahaan publik, mungkinkah direksinya di luar keturunan Mooryati Soedibyo?


    Oh, iya. Disertasi beliau (Kajian terhadap Suksesi Kepemimpinan Puncak Perusahaan Keluarga di Indonesia) mengatakan suksesi itu bisa dari dalam atau luar. Tapi dari luar pun harus tahu falsafah di dalam. Tidak bisa kita meng-hire CEO tiga tahun dilepas. Kami mencari seseorang yang tumbuh dari dalam yang tahu falsafah, budaya perusahaan. Kalau tiba-tiba muncul sendiri, pasti mental. Soal kepemilikan kan bisa di komisaris saja. Kami mengusahakan agar saham mayoritas masih di tangan kami karena ini kearifan lokal.

Apa falsafah Mustika Ratu?

    Perusahaan kami bergerak di sektor industri berbasis budaya yang kaya akan filosofi dan mengandalkan local wisdom. Tidak seperti pabrik ban yang dibuat dengan menanamkan modal agar dapat keuntungan. Nama Mustika Ratu itu kan mengandung filosofi sangat dalam, yaitu trahing kusumo, rembesing madu. Turuning sinatryo, tedak ing wong amoro topo. Mustikaning ratu. Terjemahan bebasnya: berasal dari keturunan terpilih. Keturunan kesatria yang hidup dengan penuh keprihatinan, maka terciptalah sesuatu yang berharga dari ratu atau raja atau orang pilihan.

Apa maknanya?


    Maknanya sangat dalam. Perusahaan menjalankan usahanya berdasarkan nilai-nilai luhur. Menjunjung etika, kejujuran, dan nama baik, baik saat menciptakan produk maupun ketika bersaing di pasar. Apabila ada pesaing yang menghalalkan segala cara biar menang, maaf, itu bukan cara kami. Kami percaya, banyak jalan menuju sukses. Prinsipnya, mengayu ayu ning bawono. Berbuatlah kebajikan, maka semua kebajikan akan kembali kepada kita.

Apa yang menjadi tantangan ke depan?

    Mulai tahun 2010 kan berlaku CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area). Semua produk dari ASEAN dan Cina bea masuknya dinolkan. Artinya, harganya akan bersaing dengan produk Indonesia. Ditambah lagi, untuk 2011 ini, sektor kosmetik masuk Harmonisasi ASEAN. Ini artinya produk kosmetik yang diproduksi di ASEAN bisa masuk tanpa harus mendaftarkan atau memiliki izin edar dari Badan POM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Mereka hanya memberitahukan akan memasarkan produk ini, lalu dalam dua minggu sudah bisa beredar.

Apa antisipasi Anda menghadapi gempuran ini?

    (Kami) memang harus berbenah diri, meningkatkan sumber daya manusia. Kami akan banyak merekrut orang lagi yang sesuai. Jangan sampai kita dimasuki produk asing sementara kita sendiri enggak siap ke negara mereka. Walaupun sebenarnya ini agak terlampau kecepetan untuk Indonesia karena pelakunya belum banyak yang siap. Dari segi jumlah penduduk, kita ada 237 juta jiwa, terbesar di ASEAN, jadi harus hati-hati juga. Kalau yang memanfaatkan (ini) orang luar, kan kita juga yang rugi.

    Sebagai produsen menengah ke atas, mungkin kami siap masuk pasar ASEAN. Ini kesempatan juga. Tetapi pelaku industri kosmetik dalam negeri ini 90 persennya menengah ke bawah. Jadi, dari segi negara, kita itu akan lebih banyak dimanfaatkan pasarnya daripada kita memanfaatkan pasar. Nah, yang menengah ke bawah itu akan banyak yang tergilas atau mereka jual mereknya. Syukur-syukur yang beli orang Indonesia. Kalau enggak, brand name-nya yang dikembangkan di Indonesia, pemiliknya asing.

Bagaimana menghadapi perusahaan kosmetik lokal atau yang dipasarkan secara massif melalui ibu-ibu rumah tangga?

    Tergantung apakah produk-produk itu secara langsung berkompetisi dengan produk-produk kami. Kalau produknya secara harga dan kegunaan sangat berbeda, ya, tidak masalah. Tapi akan banyak produk serupa produk kami bermain di pasar yang sama. Bagaimana memenangi persaingan di mata konsumen, ya, tentu harus meningkatkan mutu produk, meningkatkan kemasannya, kegunaannya, lebih mudah, lebih praktis, ada di mana-mana.

Segmen pasar usia berapa yang paling favorit menggunakan produk Mustika Ratu?


    Kami punya berbagai merek. Kami market leader produk remaja usia 15 sampai 23 tahun. Kami juga punya produk market leader di target market orang dewasa, katakan seperti teh pelangsing. Tidak saja (market leader) di Indonesia, tapi juga di Malaysia.

Apakah akan meluaskan sasaran usia?

    Kami punya produk dari bayi, seperti minyak telon, sampai dengan usia menopause, 60 tahun ke atas. Tidak hanya jamunya, tapi juga kosmetiknya. Jadi basically, women's life cycle, dari lahir sampai manula, kami ada.

Perluasan pasar internasional ke mana saja?


    Thailand kami belum (masuk). Tapi kita masuk Harmonisasi ASEAN, berarti lebih mudah lagi. Tapi itu harapannya, ya, saya juga belum tahu. Jangan-jangan mereka cuma di mulut ternyata di sana juga sulit juga, ya. Karena terus terang sekarang persaingan bukan antara perusahaan saja, tapi juga antarnegara, seperti yang terjadi pada produk mi instan kita di Taiwan itu.

Bagaimana dengan pasar di luar ASEAN?

    Kami sudah (masuk ke) lebih dari 20 negara. Di Kanada, Cek, Slovakia, Timur Tengah ada. Jadi, ya, tinggal meneruskan itu.

Peminatnya warga negara Indonesia atau warga negara setempat?


    Kalau pasar Kanada, sudah jelas jarang sekali orang Indonesia. Cek dan Slovakia juga begitu. Bahwasanya kalau di Arab Saudi mungkin (orang Indonesianya) juga banyak, Hong Kong juga, pos-pos TKI mungkin ada (pasarnya). Tapi kan kami juga pergi ke negara yang enggak ada TKI-nya.

Mengapa Anda mengawali karier dari bawah, ini kan perusahaan keluarga?

    Menjadi management trainee itu sulit. Saat saya keluar sekolah, punya idealisme, tetapi banyak senior yang menganggap orang muda tidak tahu apa-apa. Tapi, justru (dari) pengalaman itu, saya tidak menganggap ide anak muda jelek, karena saya membuktikan sendiri.

Membuktikan apa?

    Pengalaman saya pribadi. Saya mengusulkan produk khusus remaja putri. Mereka menanyakan kenapa? Karena remaja putri punya requirement berbeda. PH kulit berbeda karena hormonal di dalam tubuhnya berbeda. Saya alami sendiri. Tidak ada satu pun kosmetik Indonesia maupun luar negeri saat saya remaja, 35 tahun lalu, yang mengkhususkan diri untuk remaja. Semua pukul rata. Saya menggunakan kosmetik orang dewasa (jadi) jerawatan karena kosmetik orang dewasa mengandung moisturizer. Saya pakai bedak bayi, tapi pH pantat bayi berbeda dengan pH muka remaja. Jadi harus dibuatkan khusus. Jadi ide saya bisa diterima dari segi itu.

Lalu apa yang ditolak?

    Mereka tidak yakin karena risikonya terlalu besar. Remaja mana punya uang untuk belanja kosmetik. Tapi saya masih ngotot karena remaja masih tinggal sama orang tua, dikasih duit untuk uang saku tetapi tidak bayar apa-apa. Cuma buat hiburan sama teman-teman, nonton film, beli barang, atau belanja seperti itu. Ini yang akhirnya (disetujui).

Langsung diterima?

    Cukup lama meyakinkan senior saya. Ide saya itu muncul (pada) 1988/1989, baru terealisasi 1992. Sampai dua kali test market. Hasilnya positif sehingga mereka jalankan juga. Maka muncul produk "Puteri".

Anda tahu bagaimana Ibu menemukan ramuan jamu warisan Keraton Surakarta?


    Ibu saya mempelajari resep-resep yang diturunkan oleh eyangnya, Pakubuwono X. Dulu kan keraton merupakan sumber informasi, sumber teknologi nomor satu, sumber budaya. Di situ (keraton) merupakan pusat perputaran uang sehingga di situ pula semua ahli di bidangnya dikumpulkan. Begitu juga ahli perawatan.

Bagaimana sampai terpikir untuk dibisniskan?

    Ibu sendiri bukan orang dagang. Orang Jawa dulu itu sebenarnya sangat tabu seorang bangsawan berdagang. Zaman dulu bangsawan biasanya jadi pejabat. Bu Mooryati memang menyukai keilmuan itu dan menggunakannya untuk diri sendiri, untuk anak, dan suami. Sebenarnya ini tidak sengaja. Lama-lama banyak teman yang menanyakan, "Kok, kulitmu bisa halus? Bagaimana cara menjaga berat badanmu?" Inilah yang akhirnya di-share dan mereka awalnya mengatakan, "Buatin saya juga, dong." Lama-lama orangnya enggak enak. "Ya, udah, saya ganti ongkos beli bahannya." Dari situlah sebenarnya awal terbentuknya usaha Mustika Ratu.

Apakah Mustika Ratu juga akan meramu jamu dari daerah selain Jawa?

    Kebetulan pengetahuan yang kami tahu hanya dari akar budaya kita. Tapi tidak tertutup kemungkinan ada pengetahuan lokal yang khas dari daerah tersebut akan kami ambil. Karena kita bicara Nusantara.

Sudah pernah dilakukan?

    Satu-satu mungkin ada, misalkan di Madura, tapi tidak spesifik. Bukannya kami tidak mau, tapi menggali yang di Jawa saja belum rampung, banyak sekali. Kecepatan kita (belum cukup), malah orang asing yang lebih dulu.

Mustika Ratu akan terus menyelenggarakan pemilihan Puteri Indonesia?


    Ya. Memang Yayasan Puteri Indonesia (YPI) sebenarnya bukan didirikan oleh Mustika Ratu, melainkan oleh orang-orang di sekitar Mustika Ratu. Idenya, produk kami selama ini setia digunakan oleh konsumen wanita Indonesia. Kami mau kembalikan itu ke lingkungan dan masyarakat. Terciptalah sebuah yayasan yang didirikan oleh Ibu Mooryati Soedibyo, Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), Badan Promosi Pariwisata.

Lisensi keikutsertaan Puteri Indonesia di Miss Universe akan dipegang terus oleh YPI?

    Iya. Kami harus berafiliasi (pada) badan internasional yang memiliki kapabilitas teruji. Kita harus coba menjadi pemain tataran atas. Nah, untuk hal ini, yang teratas adalah Miss Universe. Mau tidak mau, anak kita harus kita dorong ke level itu. Harapan kami, kita masuk ke lima besar atau lebih.

Kelemahan kita di Miss Universe lalu karena tidak disiplin?

    Bisa (jadi). Kalau bicara orang per orang yang kita kirimkan ke sana, bermacam-macam. Dia harus bisa berkomunikasi. Jadi dia harus disiplin. Karena pemeran Miss Universe diharapkan menjadi duta. Dia dituntut bisa berkomunikasi dan menguasai masalah. Misalkan Miss Universe dari Jepang (Riyo Mori) kenapa bisa menang. Dia bukan yang tercantik dari 80 (peserta). Tapi, begitu kenal dia, tidak akan (ada yang) menyangkal kalau dia memang paling charming.

Anda sempat merasakan hidup di keraton?

    Tidak. Saya lahir di Jakarta. Tapi, kalau ritual, terus (mengikuti). Misalkan (peringatan) 1 Syuro, saya sering diajak oleh Ibu ke Solo. Kadang-kadang sama keluarga.

Kapan waktu terbaik Anda?

    Waktu saya paling banyak untuk berkarya. Waktu melahirkan anak saya, (sejak) hari ke-40 mulai full kerja. Sebelum 40 hari itu, saya part time saja.

Lho, tidak cuti tiga bulan?

    Bosanlah. Bisa ngamuk saya ke pembantu (tertawa). Lha wong biasa kerja. Tapi anak saya bawa ke kantor. Supaya saya tenang. Mau pulang jam malam pun tidak beban. Tapi saya membayar waktu saya yang hilang dengan anak. Paling tidak dua kali setahun harus liburan.

Ke mana biasanya?

    Kalau mau ke Indonesia, ya, di Solo, Lombok, Bali, Yogya ke hotel kami sendiri (Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta). Saya lebih senang ke arah pegunungan karena sejuk. Tapi saya tidak suka mendaki gunung.

Pernah melakukan kegiatan ekstrem?

    Tidak, saya takut ketinggian. Kemarin saja waktu liburan ke Sydney, anak gadis saya mau memanjat Jembatan Sydney, saya tidak kasih izin. Saya bilang, "Kalau ibu sudah mati saja naiknya." (tertawa). Saya takut dia yang melakukan, saya yang deg-degan.


BIODATA

NAMA:
# Putri Kuswisnu Wardani

KELAHIRAN:
# Jakarta, 20 September 1959

PEKERJAAN:
# Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk

PENDIDIKAN:
# Master of Business Administration National University, Inglewood, California, Amerika Serikat (1990)
# Sarjana strata 1 Strayer College, Amerika Serikat (1985)

PERJALANAN KARIER:
# Management Trainee PT Mustika Ratu (1985)
# Manajer Promosi PT Mustika Ratu (1986)
# Masuk jajaran Direksi PT Mustika Ratu (1995)
# Wakil Presiden Direktur PT Mustika Ratu (2002)

PENGALAMAN ORGANISASI:
# Inisiator dan koordinator Aliansi 9 Asosiasi MultiIndustri yang memperjuangkan eksistensi industri nasional dan pasar tradisional (2006-kini)
# Ketua Bidang Industri dan Perdagangan, Unit Menengah dan Kecil Menengah dan Koperasi, Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Pengusaha Jamu (2007-2011)
# Wakil Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri Bidang Industri Obat Tradisional (2008-2013)
# Ketua Umum Persatuan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (2010-2014)
# Dewan Pembina Yayasan Pedagang Nusantara (2009-saat ini)

PENGHARGAAN:
# CEO Idaman Award 2009 Kategori Produk Konsumer, Warta Ekonomi

Menguasai Tari Jawa

Seperti kebanyakan putri yang dilahirkan dari keturunan darah biru Keraton Kasunanan Surakarta, Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk Putri Kuswisnu Wardani juga banyak menguasai tarian Jawa. "Dari mulai tari Gambyong, Srimpi (bisa). Dari kecil sampai sekolah menengah atas masih menari," kata putri kedua Mooryati Soedibyo dan Soedibjo Purbo Hadiningrat (almarhum) itu.

Kegiatan itu berlanjut saat ia kuliah di Amerika Serikat. Sesekali Putri menerima undangan menari di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Namun sesekali ibu anak tunggal bernama Kartini Andri Wardani itu diminta menari tarian Sunda dan Sumatera. Kok, tidak menari tarian Jawa? "Kan, lebih simpel dan bajunya ada di sana," ucapnya. Menurut Putri, penari yang menguasai tari Jawa pasti akan mudah memperagakan tarian daerah lain. "Tari Jawa itu basic-nya."

Putri mengatakan kemampuannya menari diperoleh dari kebiasaannya membuntuti sang bunda, yang memiliki sanggar tari bersama istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masa Orde Baru, Mashuri Saleh. Mereka membuka sanggar tari Jawa untuk anak-anak.

Courtesy: Istiqomatul, Akbar (Tempo)
Photo Courtesy: Official Puteri Indonesia

0 comments:

Post a Comment