Thursday, February 25, 2016

Film Review: Stay with Me (2016)


Dua kisah tentang drama rumah tangga pasangan muda yang sama-sama dilanda kebimbangan dan kegelisahan. Boy (Boy William), seorang pembuat film, suami dari Key (Natasha Ratulangi) dalam masa keterpurukannya akibat usahanya sedang jatuh. Istrinya berubah, dalam sebuah percakapan ia mengungkapkan alasannya, “Aku udah nggak ada lagi perasaan sama kamu.”

Di lain tempat ada Deyna (Ully Triani), wanita karier yang merasa tidak mendapat dukungan moral dari suaminya, Firman (Firman Subagja). Meski kini sudah berkeluarga dan sama-sama mempunyai seorang anak, Boy dan Deyna mencoba memperbaiki hubungan mereka yang pernah terhenti akibat sang perempuan harus pindah ke luar negeri. Ya, mereka dulu adalah sepasang kekasih dan masih menyimpan cinta. Apakah sekarang mereka bisa bersatu?

Jika dalam beberapa karya sebelumnya Rudi Soedjarwo lebih banyak menampilkan tokoh laki-laki yang kuat – contohnya adalah Mengejar Matahari (2004), 9 Naga (2006), Liar (2008)— kali ini ia seperti ingin menyampaikan pesan bahwa laki-laki tidak selamanya sekuat dari apa yang ditampilkan di luar. Lewat Stay with Me, kita melihat sisi melankolis sang sutradara. Siapa nyana, ia memiliki kisah cinta yang tidak begitu indah. Cerita film ini, seperti diakuinya, banyak terinspirasi dari kisah hidupnya.

Rudi yang juga menulis naskahnya dan muncul sekelebatan, menggarap dengan matang dan detail seluruh aspek teknis dalam film ini. Tentunya saya harus acungi jempol juga untuk desain produksinya. Film ini berhasil melarutkan penonton dalam cerita yang disuguhkan lewat gambar-gambar khas Rudi yang memang selalu ‘bercerita’ dan artistik. Inilah pencapaian sinematik Rudi yang lebih dewasa.

Lewat Tentang Dia (2005), ia telah menemukan Sigi Wimala. Kali ini ia menjadikan Ully Triani sebagai aktris harapan masa depan. Perempuan ini berhasil memberikan beberapa scene yang impresif. Sayangnya, tidak demikian dengan bintang utama laki-laki. Padahal peran Boy adalah sentral, dan memang harus diakui sangat berat. Saya belum bisa membayangkan aktor lain berada di sana. Tapi yang jelas, seandainya ada aktor lain yang bisa lebih ekspresif, film ini akan lebih berdampak seperti Ada Apa dengan Cinta? (2002).

Rating: 3.5/5

Friday, February 19, 2016

Kezia Roslin Didaulat Menjadi Puteri Indonesia 2016


Ajang kontes kecantikan Puteri Indonesia 2016 dimenangkan oleh perwakilan Sulawesi Utara, Kezia Roslin. Wanita 24 tahun ini mengalahkan 38 finalis lainnya di malam puncak Puteri Indonesia 2016 di Plennary Hall Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat (19/2) tengah malam.

Setelah melalui beberapa tahap, mulai dari sepuluh besar, lima besar, dan tiga besar, jawaban yang diberikan Kezia atas berbagai pertanyaan dari media sosial atau juri sukses membawa mahkota Puteri Indonesia 2016 berada di kepalanya.

"Saya sangat senang sekali. Ini kebanggaan tersendiri bagi saya karena berhasil dari 34 perwakilan provinsi yang ikut," kata Kezia saat jumpa media usai penobatannya sebagai penerus Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri.

Wanita yang bernama lengkap Kezia Roslin Cikita Warouw itu mengalami persaingan cukup ketat untuk sampai menjadi Puteri Indonesia. Sempat menjawab dengan gugup saat ronde sepuluh besar, Kezia menuai tepuk tangan penonton Plennary Hall ketika masuk babak lima besar. Selain Kezia, tepuk tangan penonton bergemuruh untuk jawaban dari Intan Aletrino asal Sumatera Barat, serta Felicia dari Lampung.

Pada babak tiga besar, Kezia, Intan, dan Felicia harus menjawab pertanyaan penentuan. 

Berbalutkan kebaya hijau dengan ekor ungu panjang karya Anne Avantie, mereka diharuskan memberi pendapat tentang perkataan Bunda Teresa, "some people come in your life as blessing and some people come in your life as lesson". Dan Kezia menjawab pertama kali dan langsung mendapat tepuk tangan meriah.

"Hidup merupakan universitas kehidupan yang tidak bisa dilihat. Tapi dari sana dapat belajar melihat dalam berbagai posisi. Ketika dikecewakan, maka orang akan belajar untuk tidak menghakimi. Dan itu adalah pelajaran untuk membuat orang menjadi lebih baik," kata Kezia mantap di atas panggung. 

"Belajarlah dari kehidupan karena itu adalah universitas yang nyata untuk dihadapi esok," lanjutnya.

Dewan juri yang terdiri dari berbagai pihak seperti Kusumadewi Susanto, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Annas, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira, memutuskan untuk memberikan mahkota Puteri Indonesia kepada Kenza, kemudian Runner-Up 1 kepada Felicia dari Lampung, serta Runner-Up 2 kepada Intan Aletrino dari Sumatera Barat.

Penyerahan mahkota dengan desain baru mirip stupa Candi Borobudur kepada Kezia itu dilakukan oleh Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri dan disaksikan Miss International 2015 Edymar Martinez Blanco asal Venezuela. Setelahnya, Kezia melakukan langkah pertamanya sebagai Puteri Indonesia 2016.

"Nikmati setiap momen yang ada. Gugup dan salah ketika di panggung adalah hal yang wajar dan bisa terjadi, tapi yang terpenting adalah tetap menjalaninya dan menikmatinya." kata Blanco ketika diminta memberikan masukan kepada tiga besar finalis Puteri Indonesia 2016.

Sebagai pemenang Puteri Indonesia 2016, Kezia diwajibkan atas berbagai tugas Puteri Indonesia selama setahun ke depan. Selain itu, Kezia yang akan mewakili Indonesia di ajang Miss Universe 2016. Miss Universe 2015 yang baru terpilih, Pia Wurtzbach asal Filipina sendiri berhalangan datang pada malam puncak Puteri Indonesia 2016.

"Semua tugas yang akan diembankan kepada saya, saya siap untuk menjalani semuanya. Inilah proses yang harus saya jalani." kata Kezia sembari tersenyum sembari memegang piala dan tumpukan karangan bunga dari berbagai pihak.

Kezia merupakan lulusan Sarjana Teknik Informatika Universitas Esa Unggul. Dara kelahiran kelahiran 18 April 1991 ini sudah bercita-cita mengikuti Puteri Indonesia sejak kecil, bahkan ia sempat berhenti dari pekerjaannya untuk fokus mengikuti Puteri Indonesia. 

Anak pertama dari empat bersaudara ini memiliki tinggi 183 centimeter dan hobi membaca, travelling, dan menonton. 

Wanita yang berdomisili di Manado ini merupakan keturunan asli Sulawesi Utara dan pernah memenangkan beberapa kontes kecantikan dan model daerah, di antaranya Duta Sulawesi Utara di Polandia pada 2016, Favorite World Education Expo Indonesia Ambassador 2014, Juara 3 Gading Model Search 2015, Wakil 2 Noni Sulawesi Utara 2015, dan Puteri Indonesia Sulawesi Utara 2016. 

Indonesia sendiri memiliki rentetan prestasi di bidang kontes kecantikan dunia. Puteri Indonesia 2014, Elvira Devinamira, berhasil menjadi 15 besar di Miss Universe 2014 dan memenangkan Best National Costume. Pada 2015, Anindya Kusuma Putri pun sukses mempertahankan posisi Indonesia di 15 besar Miss Universe 2014. 

Sedangkan pada ajang Miss Supranational 2015 di Polandia, Puteri Pariwisata 2015 atau Runner-Up 2 Puteri Indonesia 2015 Gresya Amanda Maaliwug berhasil membawa gelar Best National Costume dengan tema Mystical Toraja karya Dynand Fariz. 

Rencananya, sebagai Runner-Up 1 atau Puteri Indonesia Lingkungan, Felicia akan bertanding pada Miss International 2016. Sedangkan Intan Aletrino akan mewakili Indonesia di ajang Miss Supranational 2016 mendatang.

Text and image c/o CNN Indonesia

Tuesday, February 16, 2016

The Crown of Dionysus: Puteri Indonesia 2016 Final List

Here are my final picks for the 2016 Puteri Indonesia pageant.

Please note that this is not a prediction list. It's purely my personal choice.

Goodluck to all the contestants in the final!


The Crown of Dionysus: Puteri Indonesia 2016 Special Awards

Here are my picks of special awards receivers at the 2016 Puteri Indonesia pageant. Congratulations!

I will post my final list tomorrow.


Friday, February 12, 2016

The Crown of Dionysus: Puteri Indonesia 2016 Post-Arrivals List


1. Jawa Barat
2. Jawa Timur
3. Sumatera Selatan
4. Sulawesi Utara
5. DKI Jakarta 6

6. Sumatera Utara
7. Sumatera Barat
8. Bali
9. Lampung
10. DKI Jakarta 4

Tuesday, February 2, 2016

The Crown of Dionysus: Indonesia's Film Awards 2016 Winners

Most Outstanding Film:
Guru Bangsa: Tjokroaminoto

Most Outstanding Actor:
Donny Alamsyah (Bulan di Atas Kuburan)

Most Outstanding Actress:
Acha Septriasa (Nada untuk Asa)

Most Outstanding Supporting Actor:
Tio Pakusadewo (Bulan di Atas Kuburan)

Most Outstanding Supporting Actress:
Putri Ayudya (Guru Bangsa: Tjokroaminoto)

Most Outstanding Director:
Garin Nugroho (Guru Bangsa: Tjokroaminoto)

Most Outstanding Screenplay:
Bulan Terbelah di Langit Amerika

Most Outstanding Cinematography:
Guru Bangsa: Tjokroaminoto

Most Outstanding Editing:
Guru Bangsa: Tjokroaminoto

Most Outstanding Music:
Bulan di Atas Kuburan

Most Outstanding Sound:
Bulan Terbelah di Langit Amerika

Most Outstanding Art Direction:
Guru Bangsa: Tjokroaminoto


Congratulations to all the winners and please continue the good work!